Selasa, 20 April 2010

Nilai Penyelundupan Naik Hampir 2 Kali Lipat di 2009

Nilai potensi kerugian negara akibat usaha penyelundupan barang meningkat hampir 2 kali lipat dari tahun 2008. Dari Rp 253,938 miliar menjadi Rp Rp 597,82 miliar.
Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers di terminal X-Ray Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, siang ini (10/12/2009).
Sri Mulyani menyatakan, berdasarkan data dari Ditjen Bea dan Cukai, total potensi kerugian akibat usaha penyelundupan pada tahun 2009 mencapai Rp 597,820 miliar dari 2.093 kasus. Sedangkan pada 2008, potensi kerugian negara hanya sebesar Rp 253,938 miliar dengan 2.109 kasus.
Sri Mulyani memaparkan penyelundupan sampai November 2009 terdiri dari tekstil dan produk tekstil sebanyak 56 kasus dengan potensi kerugian negara Rp 43,314 miliar.
Handphone dan aksesoris sebanyak 141 kasus dengan potensi kerugian negara Rp74,09 miliar. Barang larangan dan pembatasan (lartas) sebanyak 411 kasus dengan potensi kerugian negara Rp 6,671 miliar.
"Narkotika sebanyak 79 kasus dengan potensi kerugian negara sebesar Rp 333,709 miliar. Hasil tembakau 592 kasus dengan potensi kerugian negara Rp 62,844 miliar. Minuman mengandung Etil Alkohol (MMEA) sebanyak 310 kasus dengan potensi kerugian negara Rp 69,905 miliar. Barang lainnya sebanyak 504 kasus dengan potensi kerugian negara Rp7,281 miliar," tuturnya.
Melihat peningkatan nilai penyelundupan di tahun ini, Sri Mulyani meminta aparat Bea dan Cukai untuk meningkatkan kewaspadaan dengan tetap memberikan pelayanan yang baik kepada para importir dan eksportir Indonesia.
"Kasus penyelundupan ini tidak pernah berhenti. Oleh karena itu Bea Cukai perlu menjaga kewaspadaan, tanpa menimbulkan penambahan pengeluaran, ketidakpastian, untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif tanpa mengabaikan pengamanan," ujar Sri Mulyani.
Berdasarkan berita yang saya peroleh dari situs detik.com, pemerintah seharusnya menindak tegas pelaku penyelundupan, sehingga tidak terjadi lagi kasus penyelundupan lainnya, jika hal ini dibiarkan terus menerus, kerugian besar akan terjadi yang akibatnya berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar